Adsterra

DEVISI UTAMA BOLA BASKET SIAP BERSAING DENGAN IBL

KOMPETISI bola basket tertinggi di Pengurus Besar Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PB Perbasi) sekarang ini adalah kompetisi Divisi Utama yang dulu lebih terkenal sebagai kompetisi Divisi Pratama ketika PB Perbasi masih menangani Kobatama (Kompetisi Bola Basket Utama). Sejak Kobatama keluar dari PB Perbasi dan menjadi badan otonom, yakni Indonesian Basketball League (IBL), Divisi Pratama naik pangkat.
Perubahan nama ternyata turut mendongkrak semangat dan gairah para pemain. Jika selama menyandang predikat Divisi Pratama pamor mereka kalah gemerlap dibanding Kobatama, maka kini mereka berusaha menunjukkan semua kelebihan dan kemampuan. Dulu, menyaksikan pertandingan mereka terasa lamban dan monoton, minim aksi dan tidak menegangkan. Mudah untuk menebak dan menerka tim mana yang bakal menang karena kesenjangan kemampuan tim-tim yang berlaga.

Akan tetapi, kini kita bisa menyaksikan mereka bermain cepat dan mulai memperlihatkan segala kebisaan mereka. Memang, aksi di lapangan seperti slam dunk atau mengolah bola masih di bawah pemain IBL dan masih malu-malu, tetapi mereka juga bisa bermain memikat.
Dari Seri I di Surabaya hingga Seri IV di Indramayu dan juga final four di Kediri, sekitar 90 persen kemenangan ditentukan pada empat menit terakhir. Artinya, pertandingan berjalan ketat dan sulit memprediksi tim yang akan menang, sekalipun yang satu tim papan atas yang sudah tenar dan lawannya hanya tim yang belum ngetop.
Meski tim lawan sudah unggul jauh, tetapi perlawanan masih mampu diberikan sehingga terjadi skor imbang.
Patut diakui, ada pemain yang masih bermimpi suatu saat kelak main di IBL, yang dianggap lebih gemerlap dan kemilau. Namun, sudah saatnya para pemain, pelatih, dan pemilik klub di Divisi Utama berjuang ekstra keras untuk memperlihatkan bahwa mereka sanggup bersaing dengan IBL. Mulai dari permainan yang memikat, sponsor yang banyak, penonton yang setia dan berjubel, sampai tayangan langsung di televisi.
Bukan diskriminasi kepada pemain yang sudah kelewat matang, tetapi kita harus memberi peluang kepada pemain muda untuk unjuk gigi. Di sini, lumrah jika pemain yang lengser dari Kobatama lantas main di Divisi Utama, atau malah di Divisi I yang tanpa batasan usia. Itu menjadi rancu karena tingkatan kompetisi itu bertujuan untuk pembinaan. Jadi, untuk pemain di Divisi Utama (juga di Divisi I) yang sudah di atas 35 tahun hendaknya main saja di liga veteran. Biarkan divisi itu menjadi milik para pemain muda untuk bertunas dan berkembang.
Begitu juga soal transfer pemain. Banyak yang meributkan bahwa klub IBL hanya senang mengambil pemain tiga perempat jadi dari tim Divisi Utama. Mereka tidak membina sendiri sejak masih yunior sehingga menimbulkan komentar miring bahwa Divisi Utama akan sulit berkembang dan jalan di tempat karena pemainnya banyak yang hengkang, keinginan transfer dari pemain patut dihargai. Wajar seorang pemain mengincar suatu target, jangan langsung menghujat mau enak sendiri. Apa salahnya jika sesuai prosedur. Justru itu tantangan bagi tim-tim Divisi Utama untuk terus meningkatkan kualitas dalam segala hal. Apabila Divisi Utama mampu memberikan apa yang diinginkan pemain, penonton, dan pemilik klub, bukan mustahil Divisi Utama bakal maju. Bersaing dengan yang sudah profesional, IBL. Biar cuma dianggap kompetisi amatir, tidak ada salahnya segala sesuatunya berjalan sangat profesional dan rapi.

Belum ada Komentar untuk "DEVISI UTAMA BOLA BASKET SIAP BERSAING DENGAN IBL"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel